Permasalahan Sampah di Pasar Ciranjang Mudah di Tangani, Kepala Pasar: Sekitar 75 persen Sampah Organik Habis oleh Maggot

suaracianjur.com
Mei 17, 2025 | 15:50 WIB Last Updated 2025-05-17T08:53:50Z
Foto: Dok. (Kompas) Budidaya larva Maggot (Photo Istimewa).

SUARA CIANJUR | CIRANJANG - Permasalahan sampah di lingkungan pasar masih menjadi isu yang krusial. Selain mengganggu kenyamanan, keberadaan sampah juga dapat menjadi sumber berbagai penyakit. Terutama di pasar, di mana limbah organik seperti sisa sayur, buah-buahan, dan ikan mendominasi. Sabtu (17/5/2025).

Jenis sampah ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat dengan cepat membusuk dan menyebarkan bau tidak sedap. Namun, pemandangan di Pasar Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menunjukkan perubahan yang positif.

Di balik hiruk-pikuk aktivitas jual beli, terdapat satu sudut kecil yang berfungsi sebagai pusat transformasi besar, yaitu tempat budidaya maggot. Larva lalat Black Soldier Fly (BSF) dikenal sangat rakus dan mampu mengolah sampah organik secara efisien.

Dikutip dari laman Kompas.com Program budidaya maggot ini baru berjalan selama lebih dari sebulan, tetapi dampaknya sudah sangat terasa. Setiap hari, sekitar 75 persen sampah organik pasar dapat dimanfaatkan oleh maggot.

Inisiatif ini bukan hanya mengurangi volume sampah yang terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga menghasilkan larva yang bernilai ekonomi tinggi sebagai pakan ikan dan unggas. Bahkan, sisa dari pengolahan maggot digunakan sebagai pupuk kompos.

"Setiap hari, pasar menghasilkan dua hingga tiga ton sampah, sebagian besar berupa limbah organik yang cepat membusuk," ungkap Kepala UPTD Pasar Ciranjang, Heru Haerul Hakim, kepada Kompas.com, Jumat (16/5/2025).

Dari total sampah tersebut, sekitar satu hingga dua ton dapat diolah melalui budidaya maggot. Maggot dikenal sebagai agen dekomposer alami yang sangat efisien. Dengan metode yang sederhana, Heru dan tim K5 (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, dan Kenyamanan) mengolah limbah sayur, buah, dan ikan ke dalam bak fermentasi tempat ribuan maggot tumbuh.

Hasilnya sungguh luar biasa; sampah yang sebelumnya membutuhkan biaya besar untuk diangkut dan diolah kini berkurang secara signifikan.

“Sekitar 75 persen sampah organik pasar habis oleh maggot. Sisanya tinggal sedikit sehingga lebih mudah ditangani,” jelas Heru. 

Selain itu, maggot dewasa dijual sebagai pakan ternak bernilai tinggi, sementara residu pengolahannya dipasarkan sebagai kompos organik kepada petani.

“Sekarang kami tidak hanya mengurangi biaya angkut dan pengelolaan sampah, tetapi juga mendapatkan sumber pendapatan baru,” tambahnya.

Harapan Baru dari Tumpukan Sampah 

Sebelum program ini dimulai, Heru mengungkapkan bahwa pengelolaan sampah pasar menimbulkan biaya yang cukup besar, mulai dari operasional truk pengangkut hingga gaji petugas kebersihan. Namun, dengan sistem pengolahan mandiri berbasis maggot, beban tersebut berhasil ditekan. 

“Sehingga anggaran kebersihan bisa kami alihkan ke hal yang lebih produktif," terangnya.

Di tengah krisis pengelolaan sampah pasar yang selama ini menjadi masalah serius, langkah yang diambil oleh pasar tradisional di ujung timur Cianjur ini memberikan solusi sederhana, murah, dan ramah lingkungan. 

Sampah yang dulunya dianggap momok dan sumber penyakit kini bertransformasi menjadi jembatan menuju ekonomi sirkular yang berkelanjutan. Budidaya maggot tidak hanya mengubah wajah pasar menjadi lebih bersih dan sehat, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga sekitar.

“Ini bukan sekadar proyek daur ulang sampah, tetapi gerakan kecil untuk masa depan yang lebih lestari, dari pasar, oleh pasar, untuk lingkungan,” ujar Heru.

(Red)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Permasalahan Sampah di Pasar Ciranjang Mudah di Tangani, Kepala Pasar: Sekitar 75 persen Sampah Organik Habis oleh Maggot

Trending Now

Iklan