Elit Ciptakan Ilusi Moralitas, Tampilkan Kesalehan Sebelum Mencuri dari Rakyat

suaracianjur.com
Juli 31, 2025 | 11:00 WIB Last Updated 2025-07-31T08:54:35Z
Foto: Dok. (AmieXsendu) Dengan menampilkan kesalehan sebelum mencuri dari rakyat, para elit menciptakan ilusi moralitas yang dapat meredakan tekanan sosial, bahkan mungkin memperoleh simpati publik yang di butakan oleh simbol- simbol keagamaan.

SUARA CIANJUR | CIANJUR - Mengapa mereka berdoa sebelum mencuri, apakah Tuhan kini di reduksi menjadi sekedar pelindung bagi niat busuk yang sudah direncanakan rapi?. 

Apakah doa bukan lagi permohonan ampun, melainkan jimat untuk meredam rasa bersalah. Inilah tragedi moral yang begitu halus namun menyakitkan. 

Doa tak lagi bermakna pengingat akan batas, tapi justru menjadi pembenaran batin, semacam ritual pembersih sebelum jiwa dikotori secara sadar.

Mereka tak sedang takut kepada Tuhan, mereka hanya takut tak tenang saat merampas hak orang lain.

Kita menyaksikan drama keagamaan yang di perankan dengan wajah suci, namun penuh dusta, seolah dengan menyebut Namanya dosa yang di lakukan sesudahnya menjadi lebih ringan, seolah Tuhan bisa di ajak kompromi dalam bisnis- bisnis kotor.

Mereka faham bahwa korupsi adalah kejahatan, tapi mereka juga faham bahwa doa bisa menenangkan pikiran, maka lahirlah kesalehan palsu, ritual kosong tanpa esensi, seperti daun kering yang dibasahi air suci, hanya untuk terlihat segar sejenak- sebelum akhirnya gugur.

Fenomena ini dapat dijelaskan melalui kacamata teori Kognitif Disonance dari Leon Festinger yang menyatakan.

" Individu berupaya meredakan ketegangan batin antara nilai moral yang di imani dan perilaku menyimpang yang dilakukan,"

Dalam konteks ini doa bukanlah ungkapan tobat atau refleksi spiritual, tetapi menjadi alat justifikasi internal, semacam vaksin rohani- agar rasa bersalah tidak tumbuh liar di hati nurani.

Disisi lain Piere Bourdieu melalui konsep habitus dan simbolik kapital menjelaskan bagaimana tindakan religius bisa menjadi bagian dari pertunjukan simbolik kekuasaan.

" Dengan menampilkan kesalehan sebelum mencuri dari rakyat, para elit menciptakan ilusi moralitas yang dapat meredakan tekanan sosial, bahkan mungkin memperoleh simpati publik yang di butakan oleh simbol- simbol keagamaan, namun sesungguhnya inilah bentuk tertinggi dari kemunafikan yang terselubung dalam keindahan bahasa doa,"

Mereka tidak takut akan tuhan, tapi takut kedamaian batinnya di ganggu oleh suara hati yang masih menyala.

Maka doa dijadikan peredam suara nurani- bukan jembatan menuju kebaikan, akhirnya kita sampai pada pertanyaan yang tak kalah getir.

" Apakah doa masih suci jika digunakan untuk menenangkan hati sebelum berkhianat- atau justru berubah menjadi mantra untuk menidurkan jiwa yang telah lama mati."

Amiexsendu.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Elit Ciptakan Ilusi Moralitas, Tampilkan Kesalehan Sebelum Mencuri dari Rakyat

Trending Now

Iklan