Foto: Dok. (Indra/SC) Bupati Cianjur pada peringatan Hari Tani Nasional Ke- 65 di Ciherang Kecamatan Pacet, nampak dalam gambar Bupati sedang di wawancarai awak media. |
SUARA CIANJUR | CIANJUR - Pada peringatan Hari Tani Nasional Ke- 65 di Desa Ciherang Kecamatan Pacet, menjadi momen penting bagi Bupati Cianjur dr Muhammad Wahyu Ferdian untuk menyampaikan perhatiannya kepada masyarakat tani, dihadapan mereka, Bupati Cianjur menegaskan tiga hal krusial dalam melindungi masyarakat tani:
1. Cianjur tidak akan mengorbankan lahan pertanian untuk kepentingan properti.
2. Pupuk bersubsidi harus benar- benar sampai ke tangan petani.
3. Anak muda harus berani kembali ke sawah.
Menurut Bupati, pertanian merupakan urat nadi cianjur, jangan sampai tergilas betonisasi, dan mafia pupuk.
" Kami ingin pertanian maju, petani sejahtera, dan anak-anak muda bangga menjadi petani. Itulah janji saya,” tandasnya, Rabu (24/9/2025).
Kelangkaan Pupuk Subsidi: Alarm Serius Bagi Cianjur
Wahyu tidak menutup mata atas keluhan petani, terutama dari wilayah Cianjur Selatan. Masalah klasik pupuk subsidi kembali mencuat, stok terbatas, distribusi lamban, dan maraknya kios ilegal.
“ Penyerapan pupuk subsidi baru 65 persen. Artinya masih ada 44 persen yang tersendat. Ini bukan sekadar soal administrasi, tapi soal perut rakyat. Kalau pupuk macet, sawah gagal panen, dan harga pangan naik, siapa yang rugi? Petani dan masyarakat kecil,” katanya dengan nada tinggi.
Ia juga mengkritik oknum yang mempermainkan distribusi pupuk.
“ Jangan sampai petani membeli pupuk dari kios gelap. Itu pelanggaran. Pemerintah akan jemput bola, audit distribusi, dan melakukan evaluasi total. Mafia pupuk tidak boleh lagi bercokol di Cianjur,” tegasnya.
Selain itu fenomena alih fungsi lahan produktif menjadi perumahan atau kavling belakangan marak di berbagai daerah. Namun, Wahyu memastikan Cianjur tidak akan masuk dalam jebakan yang sama.
“ Tidak ada alih fungsi lahan pertanian di cianjur. Justru sebaliknya, kita akan cetak sawah baru dan menghidupkan lahan-lahan terlantar menjadi produktif. Cianjur adalah tanah subur, bukan lahan spekulasi properti,” katanya tegas.
Komitmen itu, menurutnya, bukan sekadar jargon politik, melainkan bagian dari strategi menjaga ketahanan pangan nasional.
“ Kalau sawah habis jadi beton, kita hanya akan jadi penonton impor pangan. Itu pengkhianatan terhadap petani,” ujarnya.
Selain isu pupuk dan lahan pertanian, Wahyu menyinggung masa depan regenerasi petani. Data menunjukkan, lebih dari 3.000 petani di Cianjur saat ini rata-rata sudah berusia tua. Hanya sedikit anak muda yang mau melanjutkan usaha tani orang tuanya.
“ Ini ancaman serius. Kita tidak bisa hanya bergantung pada petani tua. Karena itu, pemerintah daerah mendorong anak muda untuk bangga bertani. Pertanian sekarang bisa modern, menguntungkan, dan membuka lapangan kerja. Petani muda adalah harapan masa depan Cianjur,” ujarnya.
Wahyu berjanji akan memperkuat kelompok tani yang saat ini berjumlah sekitar 300. Program yang dirancang meliputi modernisasi alat pertanian, peningkatan akses pupuk dan benih berkualitas, hingga digitalisasi pasar hasil tani.
Cianjur Sebagai Simbol Kedaulatan Pangan
Dengan 66 ribu hektare lahan padi dan 70 persen untuk padi dan non padi total wilayah yang digunakan untuk pertanian, Cianjur memiliki potensi besar menjadi lumbung pangan bukan hanya untuk Jawa Barat, tetapi juga nasional.
“ Kalau kita kelola dengan serius, Cianjur bisa jadi episentrum ketahanan pangan Indonesia. Tapi kalau dibiarkan bocor oleh mafia pupuk dan pengembang nakal, habislah kita. Karena itu saya tegaskan, saya akan berdiri di depan, membela petani,” tutupnya.
(Indra)