Suaracianjur.com | Cianjur - Naringgul, Saat pertama kali dibuka. Kampung Adat Miduana ini memiliki julukan yakni, Joglo Alas Roban, yang dipimpin Eyang Jiwa Sadana, dengan sembilan kepala keluarga, mereka kemudian secara turun temurun beranak cicit hingga saat ini tetap memegang pikukuh Karuhun asli Pajajaran, dengan segala aturannya. Minggu, (25/6/2023).
Kampung Adat Miduana yang memiliki sebutan Surga tersembunyi di Tanah Pasundan, memiliki sejarah turun temurun dari generasi ke generasi. Kokolot atau Sesepuh kampung adat miduana, Abah Yayat, mengatakan:
" Desa Balegede atau kampung adat miduana tak bisa dilepaskan dari dua tokoh kembar, Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti, keduanya merupakan keturunan Kerajaan Pajajaran yang mencari pemukiman guna menghindari kemelut Kerajaan Sunda. Mereka juga pendiri Desa Balede." Bebernya.
" Mulanya Jagat Nata dan Jagat Niti berhasil mendirikan perkampungan baru dan mendirikan tempat perjumpaan, atau pasamoan besar dengan koleganya dari berbagai wilayah, ini yang kemudian menjadi dasar penamaan Balegede, yang artinya tempat perjumpaan besar." Paparnya.
Lanjut Abah Yayat; " Eyang Jagat Niti sendiri kemudian memiliki keturunan bernama Eyang Jagat Sadana, yang berhasil membuka kampung atau dusun miduana dan tidak jauh dari Balegede." Tambahnya.
" Seketika Jagat Sadana mendapat tempat spesial dari warganya, karena berhasil membuka hutan belantara, atau Leuweung peteng menjadi tempat tinggal secara matuh atau menetap." Urainya kepada metropolitan.id
Selanjutnya Abah Yayat kembali melanjutkan penuturannya; " Tradisi serta kebiasaan dari masa lampau turut dikembangkan di kampung ini, sehingga masih dilihat jejaknya hingga saat ini, kemudian situs menjadi aset kampung adat miduana yang juga di pertahankan, beberapa situs tersebut yakni, Batu Rompe, Arca Cempa Larang Kabuyutan serta Gua Ustrali, atau Australi di kampung kubang bodas." Ujarnya.
" Situs Batu Rompe diyakini warga sisa peninggalan Nenek Moyang Buhun berusia ribuan, secara tampilan batu rompe berbentuk Menhir (Batu tunggal memanjang keatas) yang sudah hancur berkeping-keping akibat bencana, lalu situs Arca Cempa Larang Kabuyutan yang dipercaya warga sekitar sebagai peninggalan Kerajaan Sunda berusia lebih dari 2000 tahun." Pungkas Bah Yayat.
(Red)
Sumber: Metropolitan.id