Dianggap Suci, Dijuluki Santo Pelindung Internet, Remaja Usia 15 Ini Jadi Santo Katolik Milenial Pertama

suaracianjur.com
Mei 30, 2024 | 14:11 WIB Last Updated 2024-05-30T07:14:48Z
Foto: Dok. SC. Carlo Acutis Foto: Dok. AFP.

SUARA CIANJUR | JAKARTA - Carlo Acutis, seorang remaja asal Italia, akan segera diakui sebagai santo Katolik pertama dari generasi milenial setelah Paus Fransiskus mengatributkan mukjizat kedua padanya. Kamis, (30/5/2024).

Carlo, yang dijuluki sebagai 'santo pelindung internet,' meninggal pada usia 15 tahun akibat leukemia pada tahun 2006. Pria kelahiran London pada 3 Mei 1991 dari orang tua yang berasa dari Italia dan ketika ia masih kecil keluarganya pindah ke Milan, Italia.

Pada usia tujuh tahun, dia mulai menghadiri misa harian, suatu kebiasaan yang jarang dilakukan anak seusianya. Ibunya, Antonia, mengakui bahwa kesalehan Carlo menginspirasinya untuk kembali aktif di gereja.

Dia juga dikenal sering membantu orang-orang yang kurang beruntung dan menyumbangkan sebagian dari apa yang dimilikinya kepada mereka yang membutuhkan. 

Dengan keahliannya dalam teknologi, Carlo membuat sebuah situs web yang mengarsipkan mukjizat-mukjizat Ekaristi di seluruh dunia, menunjukkan bagaimana internet bisa digunakan untuk tujuan menyebarkan agama.

"Carlo adalah jawaban terang atas sisi gelap internet. Beberapa pengagumnya bahkan menyebutnya sebagai 'influencer Tuhan," ungkap ibunya.

Proses beatifikasi (pengakuan yang diberikan gereja kepada orang yang sudah meninggal bahwa orang tersebut berbahagia) Carlo dimulai pada tahun 2020 ketika Keuskupan Assisi mengajukan permohonan ke Vatikan. 

Paus Fransiskus mengakui mukjizat pertama yang dikaitkan dengan Carlo pada bulan Februari 2020, yang melibatkan penyembuhan seorang anak dengan pankreas cacat setelah menyentuh kemeja Carlo. Ini membuat Carlo mendapat gelar 'beato' (orang yang mendapat beatifikasi).

Mukjizat kedua yang diakui Vatikan terjadi di Kosta Rika, di mana seorang mahasiswi universitas mengalami cedera kepala serius setelah jatuh dari sepeda. Ibu dari mahasiswi tersebut pergi ke Assisi untuk berdoa di makam Carlo di Sanctuary of the Renunciation, meminta intervensinya. 

Dalam waktu singkat, mahasiswi tersebut menunjukkan pemulihan yang luar biasa, dan sepuluh hari setelah kunjungan itu, hasil CT scan menunjukkan pendarahan di otaknya hilang.

Menurut Kathleen Sprows Cummings, seorang profesor sejarah di Universitas Notre Dame dan penulis buku "A Saint of Our Own: How the Quest for a Holy Hero Helped Catholics Become American," kanonisasi Carlo adalah momen penting. 

Carlo menunjukkan bagaimana internet dan keterampilan komputer bisa digunakan untuk menyebarkan iman, memberikan gereja kesempatan untuk menunjukkan sisi positif melalui media sosial.

"Ini adalah contoh seorang individu seperti mereka, yang diharapkan bisa menarik mereka kembali ke gereja," kata Cummings.

(Ark)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dianggap Suci, Dijuluki Santo Pelindung Internet, Remaja Usia 15 Ini Jadi Santo Katolik Milenial Pertama

Trending Now

Iklan