Foto: Dok. (Goesta/SC) Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) Bahrul Maghfiroh di Kecamatan Sukaresmi. |
SUARA CIANJUR | SUKARESMI - ND (Nama jelas ada di redaksi) salah satu alumni siswi SMKS Bahrul Maghfiroh- Sukaresmi berkeluh kesah kepada awak media atas perlakuan pihak sekolah, terutama yang mengelola dana bantuan program indonesia pintar (PIP) yang dianggapnya sama sekali tidak memiliki rasa empati. Sabtu (31/5/2025).
Kala itu tahun 2017 ND masih aktif sebagai peserta didik di SMKS Bahrul Maghfiroh, namun karena kondisi ekonomi keluarga pada saat itu sedang morat marit, ND terpaksa harus rela mengubur mimpinya, pihak keluarga tidak mampu lagi membiayai pendidikannya, hal itu terjadi pada saat dirinya mau naik tingkat, masuk ke kelas 11.
Yang membuat ND nelangsa bukan masalah drop outnya, tapi rasa empati yang tidak di miliki oleh para pengelola bantuan PIP SMKS Bahrul Maghfiroh, di saat dia bersama keluarganya berjuang mencari uang untuk biaya pendidikannya, pengelola PIP di duga telah menggelapkan dana bantuan haknya, sebagai penerima manfaat PIP dari tahun 2017, 2018 dan 2019, padahal pada waktu itu kami lagi butuh- butuhnya.
Keluh kesah tersebut disampaikan ND bersama LN orang tuanya kepada awak media suara cianjur, secara tidak sengaja saat bertemu di salah satu warung kopi di sukaresmi.
" Pak abdi mah putus sekolah kumargi melihat kondisi orang tua abdi yang tidak memungkinkan untuk membiayai abdi untuk bersekolah, ari kahoyong mah abdi sangat ingin terus bersekolah dugi ka tamat, tapi kumaha ningal kondisi kemampuan orang tua, terpaksa saatos beres samen kelas 10 abdi liren sakola di SMKS Bahrul Maghfiroh," sambung ND. Rabu (28/5/2025).
" Tengteuingeun nyaeta Pak, meni teu aya kabarnya ka abdi sareung ka orang tua abdi perkawis bantuan PIP, saleresna abdi ge baru tahu dapat bantuan PIP ti tahun 2017 dugi 2019 saatos di cek di aplikasi si pintar," keluhnya.
Hal senada disampaikan LN orang tuanya ND, ia mengungkapkan kekecewaan yang sama kepada oknum guru yang mengelola dana bantuan PIP dari pemerintah.
" Muhun pak abdi mah sangat menyayangkan putri abdi berhenti sekolah teh, kumargi alhamdulillah murangkalih teh rengkingna sae wae ti aalit ge, tapi da kumaha deui atuh kapaksa ningali kamampuan ekonomi keluarga," ungkap LN dengan nada lirih.
Apakah anak Ibu mendapat bantuan PIP dari Pemerintah, tanya awak media suara cianjur?.
" Dulumah duka atuh pak abdi mah teu uninga, tapi saatos di cek di aplikasi si pintar geningan kening ti tahun 2017, tapi sanaos kitu teu aya pemberitahuan ti pihak sakola," jawabnya.
" Upami abdi terang ND kenging bantuan PIP ti kapungkur, meureunan murangkalih moal liren sakolana, tengteuingeun nyaeta Pa dugika teu di pasihan terang NU hak na bantuan PIP, leres pak waktos ND masih aktif sakola teu kantos nampi acis PIP, boroning nampi atuh, terang ge heunteu," keluh LN nampak berkaca- kaca.
Lanjut LN; " Eta acis bantuan tilu kali masuk ti tahun 2017, 2018 dugi 2019 meni teu ngawartosan, harianeun pihak sakola teh," ucap LN nampak sangat kecewa.
Sementara itu dari ucapan dan pertanyaan yang dilontarkan ND kepada awak media nampak sekali keinginan kuatnya untuk terus melanjutkan pendidikan, meski sudah 8 tahun silam berlalu, hanya karena faktor ekonomi terpaksa ND meninggalkan bangku sekolah, awak media hanya menyarankan ikut pendidikan kesetaraan paket C.
Program Indonesia Pintar (PIP) adalah program yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Salah satu tujuan lain dari Program Indonesia Pintar (PIP) adalah untuk mengurangi angka drop out (DO) atau putus sekolah di kalangan peserta didik. Dengan menyediakan bantuan dan dukungan yang memadai.
Pengelolaan bantuan PIP di SMKS Bahrul Maghfiroh diduga terindikasi tidak sehat, hal tersebut dapat di lihat dari perjalanan drop out ND, tahun 2017 ND memilih DO karena faktor ekonomi keluarga, kemudian di tahun 2018 sampai 2019 ND masih tercatat sebagai penerima manfaat bantuan PIP, hal ini yang menjadi pertanyaan pihak ND dan Keluarganya, system kok bisa seperti itu?, ada apa?.
Dikonfirmasi awak media suara cianjur Kepala Sekolah SMKS Bahrul Maghfiroh Aar Rokaidah, menurutnya pada saat itu ia masih menjabat sebagai bendahara sekolah, belum menjadi kepala sekolah.
" Terkait permasalahan PIP di tahun tersebut saya belum menjabat kepala sekolah, posisi saya pada waktu itu masih sebagai bendahara sekolah," terangnya. Jumat (30/5/2025).
" Dan dimasa saya, terkait PIP saya memasrahkan penuh kepada operator sekolah, jadi saya tidak mengetahui," bantahnya.
Bagaimana sikap Aar Rokaidah yang saat ini menjabat kepala sekolah mendapati informasi seperti ini?, tanya awak media.
" Terkait permasalahan ini saya akan konfirmasi terlebih dahulu pihak operator, karena selama ini saya merasa permasalahan PIP di SMKS Bahrul Magfirah baik-baik saja, nah sekarang ada permasalahan ini, nanti saya akan pertanyakan kepada pihak operator selaku pengelola PIP di sekolah," kelit Aar menjawab pertanyaan awak media suara cianjur.
(Goesta)