Foto: Dok. (Net) Gambar ilustrasi Meniti Kata, Menembus Batas: Kiprah Literasi dari Desa hingga Asia Tenggara. |
SUARA CIANJUR | CIANJUR - Aku tak pernah menyangka bahwa langkah kecil dari ruang kelas di pelosok Cianjur akan membawaku melintasi batas wilayah—bahkan negara. Semuanya bermula dari sebuah keyakinan sederhana: bahwa literasi bisa mengubah hidup, dan seorang guru bisa menjadi jembatan perubahan itu.
Sebagai guru PPPK di Kabupaten Cianjur, aku menyaksikan langsung bagaimana minimnya akses dan motivasi literasi di kalangan anak-anak. Tapi alih-alih menyerah, aku memilih untuk mulai dari satu hal kecil: membacakan cerita.
Literasi, Jalan Sunyi yang Membahagiakan Perjalanan ini tak selalu mudah.
Aku memulai segalanya dari nol—merancang pojok baca kelas, membuat lomba menulis puisi sederhana, menulis bersama siswa, hingga menyusun antologi karya guru dan murid.
Tidak ada pendanaan besar, hanya tekad dan cinta pada dunia kata.
Upaya kecil itu mempertemukanku dengan banyak ruang belajar baru. Aku terpilih sebagai Guru Penggerak Angkatan 8, yang menjadi titik balik penting dalam perjalananku.
Dari sana, aku bergabung menjadi pengurus inti GBLI (Guru Bestari Literasi Indonesia)—sebuah gerakan yang mewadahi guru-guru pencinta literasi dari seluruh Indonesia.
Lebih jauh lagi, aku dipercaya menjadi bagian dari pengurus KGS (Komunitas Galeri Sastra) untuk Indonesia dan Malaysia. Di komunitas ini, aku menemukan rumah bagi para penulis, pendidik, dan pegiat sastra yang saling menyemangati untuk terus menulis dan berbagi cahaya kata ke berbagai penjuru negeri dan negeri jiran.
Terus Belajar, Terus Berkarya
Saat ini aku sedang melanjutkan studi Magister di Universitas Islam Nusantara (UNINUS). Bukan semata demi gelar, tapi sebagai bentuk komitmen untuk memahami lebih dalam teori dan praktik literasi yang berdaya. Aku juga bangga menjadi bagian dari lulusan Guru Motivator Literasi, yang membuka wawasan dan jaringan kolaborasi luas.
Sebelumnya, aku juga aktif dalam gerakan lingkungan hidup, mengaitkan nilai-nilai literasi dengan kecintaan pada bumi. Karena aku percaya, membaca alam sama pentingnya dengan membaca buku.
Kini, aku tengah menekuni pendekatan read aloud sebagai jembatan awal menumbuhkan minat baca, keterikatan emosional, dan kepekaan berbahasa pada anak-anak sejak dini. Menyemai Harapan, Meneruskan Perjalanan
Aku bukan siapa-siapa. Hanya seorang guru desa yang percaya bahwa satu cerita bisa mengubah satu hidup, dan satu tulisan bisa menginspirasi ribuan langkah.
Kini, aku tidak berjalan sendiri. Ada jejaring yang saling menguatkan, komunitas yang saling mendukung, dan semangat yang terus menyala.
Perjalanan ini belum usai. Tapi selama masih ada anak-anak yang menunggu cerita, dan selama masih ada guru yang membaca dengan cinta—aku akan terus meniti kata dan menembus batas. Dari desa, untuk dunia.
Nelly Amalia