Foto: Dok. (@tiktokcianjurtea) Tepat sehari setelah Cianjur merayakan hari jadinya yang ke-348, kota ini menyuguhkan sebuah ironi yang menusuk hati. |
SUARA CIANJUR | CIANJUR - Tepat sehari setelah Cianjur merayakan hari jadinya yang ke-348, kota ini menyuguhkan sebuah ironi yang menusuk hati.
Bukan pesta yang tersisa. Bukan kemeriahan hari jadi yang terasa. Tapi antrean ribuan anak muda sejak subuh, berdiri dalam diam, berharap mendapatkan satu dari hanya 50 lowongan pekerjaan di sebuah toko ritel.
Ya, sehari setelah perayaan hari jadi Cianjur, tanah kelahiran ini memperlihatkan luka terdalamnya: krisis pekerjaan yang tak bisa lagi disembunyikan di balik panggung-panggung perayaan. Di tengah baliho ucapan selamat dan warna warni karangan bunga, ada ribuan wajah lelah yang menangis dalam diam.
Anak-anak muda ini bukan sekadar angka pengangguran. Mereka adalah generasi harapan yang seharusnya menjadi energi masa depan Cianjur. Mereka datang dengan keterampilan, ijazah, semangat, dan impian. Tapi hari itu, yang mereka dapatkan hanyalah kenyataan pahit: kesempatan kerja yang terlalu kecil untuk jumlah yang begitu besar.
Cianjur menangis dalam diam, sehari setelah ia tersenyum di perayaannya
Kita patut bertanya: apa makna hari jadi sebuah kota, jika anak-anak mudanya tak diberi ruang untuk tumbuh? Apa gunanya usia 348 tahun, jika masa depan warganya masih tertinggal di belakang antrean pekerjaan?
Krisis ini tidak muncul tiba-tiba. Ia hasil dari ketimpangan yang perlahan membesar. Ketika pembangunan hanya dilihat dari sisi infrastruktur, bukan dari seberapa banyak perut rakyat yang kenyang. Ketika investasi datang, tapi tenaga kerja lokal hanya jadi penonton.
Kini, kita menghadapi kenyataan yang tak bisa dibantah: Cianjur butuh lebih dari sekadar perayaan. Ia butuh perhatian. Ia butuh keberpihakan. Ia butuh kebijakan yang nyata, yang memihak pada rakyat—terutama generasi mudanya.
Kepada para pemimpin, inilah saatnya mendengarkan jeritan yang tak terdengar. Jangan tunggu sampai tangis dalam diam ini berubah menjadi keputusasaan. Jangan biarkan ulang tahun tahun depan dirayakan dalam suasana yang sama: penuh gemerlap di atas, tapi gelap di akar rumput.
Beri mereka pekerjaan, dan mereka akan bangkit. Beri mereka kesempatan, dan mereka akan membangun Cianjur dengan cinta.
Karena sejatinya, hari jadi sebuah kota bukan soal usianya. Tapi soal apakah warganya bisa hidup layak di dalamnya.
Sumber: @tiktokcianjurtea