Satu Pertanyaan Sepele Bisa Mengungkap Kebohongan Siapapun

suaracianjur.com
Oktober 04, 2025 | 10:35 WIB Last Updated 2025-10-04T03:38:00Z
Foto: Dok. (Net) Satu Pertanyaan Sepele Bisa Mengungkap Kebohongan Siapapun
(Gambar ilustrasi).

SUARA CIANJUR | GEKBRONG - Pernahkah kamu merasa curiga saat seseorang bercerita terlalu mulus, tapi kamu tak punya bukti? Kebanyakan orang langsung menanyakan detail atau mengecek fakta, padahal satu pertanyaan sederhana—yang terdengar biasa saja—bisa membuat si penutur tersandung dan membocorkan kebohongannya sendiri. Trik ini tak membutuhkan detektor kebohongan canggih; cukup telinga yang peka dan satu kali kesempatan bertanya.

Rahasianya terletak pada cara otak manusia menyusun ingatan. Cerita bohong dibangun di atas imajinasi, bukan pengalaman nyata, sehingga struktur waktu, ruang, dan emosinya rapuh. Ketika kamu melempar pertanyaan yang tampak sepele tapi memaksa sang pembohong untuk kembali ke titik tertentu dalam ceritanya, dia harus menghitung ulang detail yang tadinya hanya dibuat-buat. 

Disinilah celahnya terbuka: jawaban mulai melengkung, jeda tiba-tiba panjang, atau ekspresi wajah berubah sepersekian detik. Kamu tak perlu menghakimi; cukup amati, dan kebenaran akan menyeret dirinya sendiri ke permukaan.

1.  Tanyakan kembali ceritanya dalam urutan terbalik

Manusia hafal kronologi maju dengan mudah, tapi sangat sulit menceritakan kebalikannya tanpa menstumbling. Setelah dia selesai bercerita, tanyakan, jadi setelah kamu keluar dari kafe, kamu langsung naik motor ke arah utara, begitu? Paksa dia melompat dari akhir ke awal; bila dia bohong, detail seperti nama jalan, warna jaket, atau siapa yang membayar akan berubah-ubah tanpa disadari.

2.  Minta dia menggambar sketsa lokasi

Tangan tak bisa sebohong mulut. Beri selembar kertas dan minta dia melukak tata letak ruangan, posisi meja, atau arah jalan yang dilalui. Orang yang benar-benar mengalami akan menaruh elemen penting di tempat yang konsisten, sedangkan pembohong sering melupakan jarak antar objek atau menambahkan barang yang tak pernah ada.

3.  Gunakan jeda diam sebagai senjata

Setelah dia menjawab, tatap matanya dan diam tiga detik lebih lama dari biasa. Kebanyakan pembohong merasa harus mengisi keheningan, lalu menambahkan informasi baru yang ternyata kontradiktif. Orang jujur cenderong mengulang kalimat yang sama atau bertanya, masih kurang jelas? diam itu memaksa otaknya panik dan membuka lubah baru.

4.  Tanyakan sensasi yang tak bisa ditebak

Detail fisik seperti suhu ruangan atau bau yang tercium saat kejadian terjadi hanya bisa dijawab oleh yang benar-benar hadir. Tanyakan, apakah AC terasa terlalu dingin atau apaku ada bau kopi di sana? Jawaban asal-asalan akan terdengar generik: agak dingin atau wangi kopi aja. Orang yang memang ada di tempat akan memberi nuansa spesifik, misalnya dingin sampai lengan merinding atau bau kopi bercampur sabun lantai.

5.  Pinta dia menceritakan versi orang ketiga

Katakan, coba ceritakan lagi, tapi kali ini dari sudut pandar temanmu yang duduk di seberang. Otak akan kewalahan membangun dua perspektif sekaligus untuk cerita fiktif. Celahnya akan muncul saat dia menyebut reaksi teman yang tadinya tak pernah disebut, atau posisi duduk yang tiba-tiba berubah tanpa alasan logis.

6.  Beri pujian terselubung untuk detail kecil

Ungkapkan, wow, kamu ingat nomor polisinya, hebat! Jika dia bohong, pujian ini memicu kecemasan: dia bisa saja langsung mengiyakan dan menambahkan huruf atau angka asal-asalan. Tes cepat: tanyakan kembali nomor itu lima menit kemudian; orang berbohong akan melupakan kombinasi yang baru saja dibuat-buat.

7.  Gunakan teknik spoiler palsu

Katakan, aku sudah dengar dari temanmu kalau sebenarnya kamu nggak sampai ke lokasi. Jika dia tersenyum lega dan langsung setuju, kamu baru saja menangkap kebohongan. Orang jujur justru akan kaget atau marah dan langsung menyangkal keras, karena fakta tidak sesuai dengan ingatannya.

8.  Tanyakan apa yang dia lakukan tiga menit sebelum dan sesudah kejadian

Memori asli tersimpan dalam blok waktu yang berkelanjutan. Orang berbohong sering hanya menyiapkan adegan inti, sehingga saat diminta menceritakan tiga menit sebelum atau sesudahnya, dia terdiam mencari-cari, lalu menjawab dengan kalimat umum: biasa aja, atau cuma ngobrol. Orang yang benar-benar hadir akan meluncurkan cerita pendek yang koheren tanpa jeda berpikir terlalu lama.

Muhammad Salim Akbar
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Satu Pertanyaan Sepele Bisa Mengungkap Kebohongan Siapapun

Trending Now

Iklan