SUARA CIANJUR | CIANJUR - Beberapa hari ini aku merasa dunia ini terasa sempit, entah kenapa hatiku akhir- akhir ini selalu gelisah, datangnya selalu tiba-tiba, ada apa dengan jiwaku? Aku harus bergegas menemui Guru.
Aku: " Guru...mengapa hatiku selalu gelisah, padahal hidupku terlihat baik-baik saja,"
Guru: " Jiwamu sedang mengingat sesuatu yang akalmu lupa,"
Aku: " Mengingat apa, Guru...?"
Guru: " Asalmu... Kau ini bukan makhluk bumi, kau adalah makhluk langit yang sedang singgah,"
Aku: " Makhluk langit? Tapi aku lahir, bekerja, makan, lelah... semua terasa sangat duniawi,"
Guru: " Tubuhmu dari tanah. Tapi jiwamu... ditiupkan langsung dari- Nya, ruh mu pernah bersaksi sebelum dunia ada. Lalu kau diturunkan bukan untuk menetap, tapi untuk diuji,"
Aku: " Tapi...Guru, mengapa aku merasa betah disini?"
Guru: " Karena dunia pandai menidurkan jiwa, ia membungkus kefanaan dengan gemerlap, ia menyamarkan penjara sebagai rumah,"
Aku: " Aku mengejar banyak hal Guru, pencapaian, harta, pengakuan... Salahkah itu?"
Guru: " Tidak salah! Yang berbahaya adalah ketika semua itu membuatmu lupa pulang,"
Aku: " Pulang kemana?"
Guru: " Ke asal rindumu, ke hadirat Allah. Ke sujud yang jujur tanpa penonton. Ke tangis malam yang hanya langit menjadi saksi,"
Aku: " Mengapa setiap kali aku sendiri, hatiku justru sesak?"
Guru: " Karena jiwa tak di ciptakan untuk bising. Ia di ciptakan untuk menghadap. Dan ketika ia menghadap, ia sakit... tanpa tahu sebabnya,"
Aku: " Guru... apakah jiwaku berdosa karena lupa?"
Guru: " Tidak, jiwa hanya tersesat. Dan yang tersesat tidak butuh di hukum, ia butuh diingatkan,"
Aku: " Bagaimana caranya mengingatkan, Guru? Aku merasa jalannya kabur,"
Guru: " Berhenti sebentar. Lepaskan genggamanmu pada dunia. Sujudlah bukan karena kewajiban, tapi karena rindu. Biarkan hatimu berkata; Ya Allah... aku lelah berpura-pura kuat,"
Aku: " Dan jika aku jatuh lagi?"
Guru: " Bangkit lagi, seorang musafir boleh tersandung, tapi ia tak pernah lupa arah pulang,"
Aku: " Guru... jadi dunia ini?,"
Guru: " Hanya persinggahan. Bukan kampung halaman,"
Aku: " Dan kampung halamanku?"
Guru: " Surga, tempat jiwamu pertama kali mengenal damai,"
Aku: " Ya Allah (doa lirih) ingatkan aku siapa diriku sebenarnya. Bangunkan aku dari tidur panjang kemelekatan dunia, jadikan aku pejalan, bukan penetap, agar aku pulang... sebelum lupa selamanya. Lahaulawalaquataillabillah..."
Khaeruniyunie.