Dampak Penggunaan Artificial Intelligence (AI)dalam Dunia Pendidikan

suaracianjur.com
Desember 07, 2024 | 20:26 WIB Last Updated 2024-12-07T13:35:51Z
Foto: Dok. (Net) SDR (Photo Istimewa).

SUARA CIANJUR | JAKARTA - Dalam beberapa waktu terakhir, kemajuan teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan. Salah satu teknologi yang saat ini sedang menarik perhatian adalah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah teknologi yang memungkinkan sistem computer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. Sabtu (7/12/2024).

AI ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan aksesibilitas dalam proses pendidikan. Mulai dari sistem pembelajaran adaptif yang menyesuaikan materi dengan kemampuan siswa, menyediakan pengalaman pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa, hingga platform pembelajaran online yang menawarkan ratusan ribu manfaat untuk membantu siswa dan guru. 

Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara paling antusias dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) di kehidupan sehari-hari, berdasarkan survei terbaru yang dirilis oleh Statista Consumer Insights. Survei ini menunjukkan bahwa 41 persen responden di Indonesia menyatakan kegemarannya terhadap penggunaan teknologi AI, seperti ChatGPT, untuk berbagai kebutuhan.

Hasil survei tersebut menempatkan Indonesia di bawah Nigeria (47 persen), Vietnam (45 persen), dan Uni Emirat Arab (UEA) (45 persen) dalam hal antusiasme terhadap AI. Survei ini dilakukan dengan melibatkan antara 1.000 hingga 2.000 responden berusia 18-64 tahun di setiap negara yang disurvei antara April hingga Juni 2024. 

Temuan ini mencerminkan tren positif di banyak negara Asia dan Timur Tengah, yang secara umum lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi AI dibandingkan negara-negara Eropa yang cenderung lebih skeptis atau kurang antusias dengan AI dalam kehidupan sehari-hari.

Selain Indonesia, negara-negara Asia lainnya juga menunjukkan minat yang signifikan terhadap AI. Di Singapura, 37 persen responden menyatakan antusiasme mereka, sementara di China, 35 persen responden memiliki pandangan positif terhadap penggunaan teknologi AI.
 Sebaliknya, negara-negara di Eropa menunjukkan tingkat antusiasme yang lebih rendah. Hanya 11 persen responden di Ceko yang menyatakan ketertarikan terhadap AI, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara di Asia. 

Di Amerika Serikat, hanya 18 persen atau kurang dari satu dari lima orang dewasa di Amerika Serikat merasa antusias dengan penggunaan AI. Selain itu, data dari Ipsos menunjukkan bahwa wilayah Asia secara umum memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang produk dan layanan AI. Indonesia berada di posisi kedua dengan 80 persen responden yang mengaku memahami teknologi ini, di bawah China dengan 81 persen, dan diikuti oleh Thailand di angka 69 persen.

Dengan semakin berkembangnya teknologi AI di berbagai sektor, Indonesia menunjukkan potensi besar dalam adopsi dan pemanfaatan kecerdasan buatan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia bisnis.

Tantangan dan Risiko yang Harus Dipertimbangkan

Terlepas dari potensi AI, penggunaannya dalam bidang pendidikan memerlukan kehati-hatian yang harus diperhatikan. Salah satu tantangan terbesarnya adalah masalah perlindungan dan keamanan data. Agar berfungsi dengan baik algoritme AI memerlukan akses ke data dalam jumlah besar, termasuk data pribadi siswa seperti informasi demografis, nilai ujian, dan perilaku belajar. 

Data ini sangat sensitif dan dapat disalahgunakan atau menjadi sasaran serangan siber jika tidak dikelola dengan baik. Pengembang dan institusi pendidikan harus memastikan bahwa data siswa dilindungi melalui enkripsi dan peraturan perlindungan data yang ketat.

Selain masalah privasi, terlalu mengandalkan AI juga akan menimbulkan kekhawatiran mengenai ketergantungan dan kurangnya pengembangan keterampilan. Ketergantungan pada AI dalam mengerjakan tugas-tugas dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas secara mandiri dan tidak dapat memikirkan solusi yang kreatif.

Risiko ini juga menghambat pengembangan keterampilan potensi yang dimiliki seseorang. Selain itu, meskipun AI sudah sangat canggih, namun tidak dapat menggantikan peran guru sebagai pembimbing dan mentor yang dapat memberikan bimbingan emosional dan moral kepada siswa. 

Hubungan guru siswa tidak hanya sekedar interaksi akademis saja, namun juga mencakup aspek sosial dan emosional yang tidak dapat ditiru oleh mesin. Penggunaan AI yang berlebihan dalam pendidikan dapat merusak interaksi tatap muka yang merupakan elemen penting dalam pengembangan karakter siswa.

Selain itu, AI yang digunakan untuk menilai kinerja siswa akan berdampak pada penilaian yang tidak memperhitungkan berbagai faktor non-kognitif seperti motivasi, kreativitas, dan keterampilan interpersonal. Jika evaluasi hanya didasarkan pada analisis data akademis dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek ini, potensi pertumbuhan siswa secara keseluruhan akan terabaikan. Penting juga untuk dicatat bahwa AI sebenarnya dapat meningkatkan kesenjangan sosial, karena tidak semua sekolah dan siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi canggih ini.

Dampak Jangka Panjang AI terhadap Pendidikan

Ketika kita berbicara tentang dampak jangka panjang AI terhadap pendidikan, kita perlu memperhatikan dua aspek. Apek tersebut berpotensi dalam mempercepat perubahan pendidikan dan disamping itu juga berisiko menciptakan ketidakseimbangan dalam interaksi antarmanusia.

Di satu sisi, AI berpotensi mempercepat transformasi pendidikan dengan memperluas akses terhadap pembelajaran berkualitas dan mempersonalisasi proses pendidikan. AI dapat digunakan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan efisien, dimana siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Guru juga dapat bekerja lebih produktif karena beban administratif mereka berkurang.

Di sisi lain, penggunaan AI yang tidak terkendali dapat menyebabkan ketidakseimbangan interaksi manusia terutama dalam situasi belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses sosial yang melibatkan interaksi, diskusi, dan kolaborasi antara siswa dan guru serta antar mereka sendiri. 

Terlalu banyak dominasi AI dalam lingkungan pendidikan dapat mengurangi interaksi siswa dengan guru yang akan berdampak negatif terhadap perkembangan sosial siswa. Hubungan yang sehat antara guru dan siswa berperan penting dalam pengembangan kepribadian dan keterampilan interpersonal siswa yang tidak dapat dicapai hanya dengan pembelajaran berbasis AI. 

Selain itu, AI juga memberikan dampak negatif yang problematis dalam dunia pendidikan. Seperti kurangnya pengembangan berpikir kritis pada siswa, meluasnya plagiarisme, ketergantungan dan kurangnya pengembangan keterampilan. Meskipun AI menawarkan peluang untuk menyederhanakan proses pembelajaran tetapi kecenderungan penggunaan teknologi secara berlebihan dapat menghambat kemampuan siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis. Siswa cenderung mengandalkan jawaban instant yang dapat mengakibatkan pengabaian keterampilan siswa dalam berpikir kritis.

Langkah Bijak dalam Mengintegrasikan AI dalam Pendidikan

Memaksimalkan potensi AI sambil meminimalkan risiko yang ada memerlukan pendekatan yang seimbang. Pemerintah, lembaga pendidikan, pengembang teknologi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengembangkan peraturan yang ketat mengenai penggunaan AI dalam dunia pendidikan. Kebijakan yang jelas harus memperhatikan perlindungan data siswa, menyeimbangkan penggunaan AI dengan interaksi pribadi, dan kesetaraan dalam akses terhadap teknologi ini.

Selain itu, penting bagi sekolah dan guru untuk terus memperkuat peran mereka sebagai fasilitator pembelajaran ketika mengintegrasikan teknologi AI. Guru perlu dilatih untuk menggunakan AI sebagai alat, bukan pengganti. Dengan demikian, peran AI dalam pendidikan tidak akan menggantikan esensi pendidikan itu sendiri, namun menjadi alat yang benar-benar memperkaya pengalaman belajar.

Perkembangan AI di bidang pendidikan membawa banyak peluang dan tantangan yang harus disikapi secara cermat. Meskipun AI berpotensi meningkatkan kualitas dan akses pendidikan secara signifikan, risiko yang terkait dengan privasi, etika, dan terbatasnya interaksi manusia harus ditanggapi dengan serius. 

Penggunaan AI dalam pendidikan harus direncanakan secara matang dan didukung oleh peraturan yang ketat. Hal ini akan memastikan bahwa teknologi ini mendukung perkembangan siswa secara holistik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai inti pendidikan.

Penulis: Salsabrina Dwi Ramadhani


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dampak Penggunaan Artificial Intelligence (AI)dalam Dunia Pendidikan

Trending Now

Iklan