SUARA CIANJUR | CIANJUR - Ada satu rahasia yang manusia jarang sekali mau mengakui; kita semua adalah pemberontak. Sejak nafas pertama, sejak mata mengenal cahaya, kita sudah mulai berperang dengan Dia yang mencipta kita.
Kita diajarkan untuk bercakap tentang cinta kepada Tuhan, kita diajarkan untuk menyebut nama- Nya dengan suara manis, dengan doa- doa berbau surgawi. Tetapi jauh di dalam dada yang manusia sendiri tidak berani lihat, ada bara kecil yang berkata:
" Aku tidak mau tunduk sepenuhnya."
Maka kita membungkus pemberontakan itu dengan ritual. Dengan doa- doa panjang yang hambar. Dengan sujud yang kosong. Dengan lafadz cinta yang tidak pernah benar-benar hidup. Dan kita menipu diri kita sendiri, hingga lupa bahwa kita sebenarnya telah lama berdiri di atas medan perang melawan Tuhan.
Suatu hari nanti, dalam kesunyian yang tidak lagi mampu dipecahkan oleh doa palsu, kita akan mendengar suara serak dari jiwa sendiri, berbisik:
" Ya Allah... aku ini hamba- Mu yang pemberontak."
Dan pada saat itu, semua topeng yang kita pakai akan gugur. Semua ketulusan palsu akan reput. Semua keindahan agama yang kita pamerkan di mata manusia akan terbakar. Yang tinggal hanyalah seorang hamba yang kalah, berlutut di tengah gurun hidupnya sendiri, mengaku dosa tanpa dusta:
" Aku tidak pernah benar-benar cinta kepada- Mu, aku hanya tunduk karena aku kalah, aku tunduk karena aku tidak punya apa-apa lagi selain Engkau."
Ini bukan kekalahan yang hina. Ini adalah kekalahan yang membuka jalan pulang.
Karena Tuhan tidak pernah meminta kita menjadi sempurna. Dia hanya meminta kita mengaku, bahwa kita ini pemberontak yang akhirnya menyerah dalam kehinaan yang indah.
Sejarah manusia sejak Adam, ada sejarah jatuh, jatuh, dan jatuh dari surga ke bumi, dari cahaya ke bayang- bayang, dari ketundukan ke pemberontakan.
1. Adam mendekati pohon - jatuh.
2. Keturunannya menumpahkan darah pertama - jatuh.
3. Bangsa- bangsa besar membangun berhala dari tanah kering - jatuh.
4. Agama- agama melukis wajah Tuhan dengan berhala rasa - jatuh.
5. Umat akhir zaman membuang Tuhan dari hati - jatuh.
6. Dan akhirnya dajjal akan muncul - puncak semua kejatuhan bagi yang tidak mau bangun.
Manusia ingin jadi Tuhan. Manusia ingin menulis hukum sendiri. Manusia ingin hidup tanpa perlu tunduk.
Tetapi di celah reruntuhan ini, akan ada beberapa jiwa yang masih berani berkata:
" Aku ini pemberontak ya Allah, tetapi aku tetap pulang. Aku tidak tahu bagaimana mencintai- Mu, tapi aku tahu, aku tidak mau kehilangan- Mu."
Mereka ini bukan Wira. Mereka ini bukan wali. Mereka hanyalah orang- orang sesat dalam cahaya sendiri, tetapi yang tetap memilih untuk merangkak pulang, meski cahaya itu membutakan mereka, meski dunia memanggil- manggil mereka untuk terus lari.
Dan pada akhirnya, mereka akan mengerti: " bahwa Tuhan sudah lebih dulu mencintai mereka, sebelum mereka tahu bagaimana untuk mengeja "Cinta."
Bahwa Rahmat Tuhan lebih besar daripada seluruh pemberontakan manusia.
Dan diatas pasir dunia yang hampir musnah ini, mereka akan bangun sekali lagi- bukan sebagai pemenang, tetapi sebagai hamba yang akhirnya tahu bagaimana untuk tunduk.
Thodimens.