Foto: Dok. (Indra/SC) Launching SPPG Muhammadiyah, Sekmat Cipanas: Lemahnya Koordinasi Dapur SPPG dengan Pihak Kesehatan. |
SUARA CIANJUR | CIPANAS RAYA - Program Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Muhammadiyah resmi diluncurkan di Cipanas–Sindanglaya, Senin (1/9/2025). Program makan bergizi gratis ini menjadi langkah konkret Muhammadiyah dalam memastikan akses pangan sehat dan bergizi bagi masyarakat.
Kepala SPPG Muhammadiyah Cianjur, Muhammad Yusuf Arifin, menegaskan bahwa standar higienis dan prosedur tetap (SOP) menjadi pondasi utama.
“Mulai dari pengolahan, persiapan, hingga penyajian sudah ada standarnya. Kalau terjadi keracunan atau kejadian luar biasa, biasanya akibat pelanggaran SOP, bukan sistemnya,” tegas Yusuf.
Ia menjelaskan, seluruh bahan baku berasal dari petani dan UMKM lokal, dengan kualitas yang dijaga ketat. Bahkan, sebelum launching, 47 relawan dan pekerja dapur telah mengikuti pelatihan dua hari tentang pengolahan pangan, sanitasi, dan personal hygiene untuk mencegah kontaminasi silang.
Senada, Sekmat Cipanas, Wibowo, menambahkan pentingnya pengawasan ketat dalam pengolahan bahan makanan, mulai dari sayuran, daging, hingga telur.
“Sayuran harus direndam dengan air garam untuk menghilangkan ulat. Daging dan telur harus fresh, bukan stok lama. Kita juga dorong kerja sama dengan koperasi lokal agar suplai bahan tetap segar,” jelasnya.
Meski begitu, Wibowo mengingatkan soal lemahnya koordinasi dapur SPPG dengan pihak kesehatan.
“Selama ini komunikasi dengan Puskesmas masih minim. Padahal ahli gizi dari Puskesmas bisa ikut mengawasi menu mingguan agar sesuai kebutuhan masyarakat. Ke depan, kita bentuk tim khusus bersama kecamatan, dinas kesehatan, dan pihak terkait untuk pengawasan berlapis,” katanya.
Foto: Dok. (Indra/SC) Launching SPPG Muhammadiyah, Sekmat Cipanas: Lemahnya Koordinasi Dapur SPPG dengan Pihak Kesehatan. |
Saat ini di wilayah Kecamatan Cipanas telah ada tiga SPPG aktif, termasuk yang baru diluncurkan Muhammadiyah. Pemerintah kecamatan berjanji melakukan evaluasi rutin agar tidak ada kelalaian dalam distribusi maupun penyajian makanan.
Program makan gratis ini bukan hanya sekadar bantuan pangan, tapi juga ujian serius bagi semua pihak—apakah komitmen pada standar kesehatan benar-benar dijaga, atau sekadar seremoni belaka.
(Indra)