Rizal Ramli Mengingatkan Macron, Kebebasan Seharusnya Tidak Menghina Agama

suaracianjur.com
November 02, 2020 | 00:28 WIB Last Updated 2020-11-01T17:28:00Z
 
Rizal Ramli Mengingatkan Macron, Kebebasan Seharusnya Tidak Menghina Agama

SUARA CIANJUR ■ Para pemimpin dunia yang bijak memahami bahwa kebebasan memiliki batas. Batasan kebebasannya adalah tidak ada penghinaan terhadap agama, karena iman adalah soal keyakinan, bukan hanya rasionalitas.

Demikian disampaikan Pimpinan Nasional DR. Rizal Ramli mengomentari sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di belahan dunia manapun.

“Banyak yang memprotes Presiden Macron karena menunjukkan Islam-Phobia. Macron harus membatasi kebebasan ('liberte, egalite, fraternite') dan 'iman', ”kata Rizal Ramli, Minggu (11/1/2020).

Tapi, lanjutnya, anehnya para pengunjuk rasa dibiarkan begitu saja. Sebab, jika Anda menjawab, Anda akan mengatakan bahwa Anda memelihara "Islam-Phobia".

“Sudah terbalik,” lanjut Rizal.

Ia mengingatkan bahwa di negara Pancasila (Indonesia) tidak boleh ada 'fobia' terhadap Islam, Kristen, Budha, Hindu dan agama apapun.

“Jika kita menganut Pancasila, kita tidak boleh 'fobia' pada agama apapun, Islam, Kristen, Katolik, Budha dan lain-lain,” tambahnya.

“Kalau phobia seperti itu, Indonesia bisa berubah menjadi Lebanon. Dulu damai dan makmur, 'Paris van Middle East'. Saling Beragama terus kian rusuh, makin miskin,” kata Rizal.

Sebelumnya, Presiden Prancis Macron, dalam kesempatan pidatonya yang diunggah BFM TV pada 2 Oktober 2020, juga mengumumkan rencana untuk mempertahankan nilai-nilai sekuler Prancis dari apa yang disebut "radikalisme Islam".

Mengutip Al Jazeera, dia juga menekankan bahwa tidak ada konsesi yang akan dibuat dalam upayanya untuk mendorong agama keluar dari pendidikan dan sektor publik di Prancis.

Dia mengumumkan bahwa pemerintah Prancis akan mengusulkan undang-undang tersebut pada bulan Desember untuk memperkuat Undang-undang 1905 yang memisahkan gereja dan negara bagian dan secara resmi menjadikan Prancis negara sekuler.

Langkah tersebut, menurut Macron, diambil untuk mengatasi radikalisasi yang berkembang di Prancis dan meningkatkan "kapasitas untuk hidup berdampingan".

Pernyataan itu kemudian memicu reaksi dari para aktivis Muslim, tidak hanya dari komunitas Muslim Prancis tetapi juga di seluruh dunia. (red)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Rizal Ramli Mengingatkan Macron, Kebebasan Seharusnya Tidak Menghina Agama

Trending Now

Iklan