Foto: Dok. (Indra/SC) Kepala Desa Ciloto Marwan dan Pengelola Hutan Desa, Anwar, saat memberikan klarifikasi kepada awak media suara cianjur. |
SUARA CIANJUR | CIPANAS - Dituding menjadi penyebab banjir di wilayah Desa Ciloto. Pengelola Hutan Desa "Perhutanan Sosial" angkat suara, seperti yang dituduhkan warga dalam video berdurasi 49 detik, yang mengatakan penyebab banjir dampak dari berdirinya tempat wisata baru, yang dimaksud warga sebagai tempat wisata, sebenarnya hutan desa yang dikelola oleh masyarakat sekitar.
" Hutan Desa ini programnya yaitu Perhutanan Sosial, Izin Resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun ada," jelas Anwar salah satu Pengelola Hutan Desa. Minggu (6/7/2025).
" Banjir yang terjadi di Kp. Jeprak RT. 07/03 Desa Ciloto Kecamatan Cipanas bukan berasal dari hutan desa seperti yang dituduhkan dalam video," Imbuhnya.
Anwar menambahkan, kami dari Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) mengantongi izin pengelolaan hutan, yang diterbitkan pada 15 Desember 2023.
" Lahan yang kami kelola di fungsikan untuk pertanian produktif berbasis konservasi, bukan wisata komersial," jelas Anwar.
" Yang kami tanami di sana adalah kopi, jeruk, dan tanaman produktif lainnya. Bahkan kami tidak melakukan pemadatan tanah atau penebangan pohon besar,” Imbuhnya.
Ia juga mengatakan seluruh proses pengelolaan dilakukan oleh warga setempat.
" Dari luas 41 hektar lahan, hanya 3 hektar yang saat ini digunakan untuk track ATV, itupun bukan untuk wisata massal, melainkan sebagai jalur pertanian yang sebelumnya sudah sering dilalui masyarakat," ungkapnya.
Lanjut Anwar; “ Kami kerja sama dengan warga, bukan investor besar. Semua pekerja adalah warga kami, selama kegiatan berjalan kami juga terus berkoordinasi dengan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah IV dan pihak kementerian,” urainya meyakinkan awak media.
Lebih lanjut Anwar menegaskan bahwa penyebab banjir, penyebab utamanya terjadi penyumbatan saluran air, yang berada di dua titik
" Salah satunya berada di depan Restoran Alam Indah akibat separator yang terseret air dan menyumbat saluran," bebernya.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Ciloto, Marwan, ia membenarkan bahwa penyebab banjir bukan berasal dari hutan desa, melainkan dari sumbatan gorong-gorong yang tersumbat sampah dan material lainnya.
“ Saya bersama tim PU turun langsung malam itu. Salah satu separator besar kami tarik dari aliran air yang masuk ke rumah warga. Ini murni karena sumbatan, bukan karena aktivitas perhutanan sosial,” jelas Marwan.
Pihak desa dan pengelola hutan desa telah melakukan edukasi dan penanaman ribuan pohon sebagai bentuk komitmen terhadap konservasi. Total 5.000 pohon telah ditanam menggantikan tanaman tidak produktif.
Selaku Kepala Desa Ciloto, Marwan menghimbau masyarakat untuk tidak menutup gorong-gorong dan tidak membuang sampah sembarangan.
“ Saya sudah sering mengingatkan. Tolong jangan buang sampah sembarangan dan jangan tutup gorong-gorong. Ini sudah beberapa kali terjadi,” tegasnya.
Tambah Marwan, hasil penghijauan baru akan terlihat optimal dalam dua tahun ke depan. Saat ini, wilayah hutan sudah mulai menghijau berkat tanaman kopi dan jeruk yang ditanam masyarakat.
" Kejadian banjir yang terjadi bukan disebabkan oleh pembukaan wisata, melainkan karena tersumbatnya saluran air. Kawasan yang dituding sebagai penyebab merupakan hutan desa perhutanan sosial yang telah mendapat izin resmi dan dikelola oleh masyarakat lokal untuk kegiatan pertanian konservatif," tandasnya.
(Indra)