SUARA CIANJUR | CIANJUR - Tanti Maryanti Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cianjur mengatakan, bahwa secara geografis, cianjur sangat strategis dan kerap menjadi jalur lalu lintas pelaku perdagangan orang.
Hal tersebut ia sampaikan pada peringatan Hari Perempuan Internasional, yang semestinya digelar pada bulan Maret lalu, namun Kabupaten Cianjur baru dapat merayakannya pada Agustus ini, karena padatnya agenda kerja Pemerintah Daerah.
Namun, keterlambatan itu tak mengurangi gaung pesannya: "Perempuan Bukan Komoditas, Perempuan Merdeka Bebas dari Perdagangan Orang."
Tema tersebut sengaja dipilih karena sejalan dengan semangat kemerdekaan 17 Agustus, sekaligus menjadi alarm keras atas fakta pahit: Cianjur termasuk salah satu daerah dengan jumlah korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) tertinggi di Jawa Barat.
“ Secara geografis, Cianjur sangat strategis dan kerap menjadi jalur lalu lintas pelaku perdagangan orang. Data di UPTD PPA mencatat sedikitnya 28 kasus, sementara dari provinsi ada laporan 22 kasus," jelas Tanti. Jumat (15/8/2028).
" Sebagian sudah ditangani hingga tuntas, sebagian lainnya masih berproses,” sambungnya.
Menurutnya, penanganan korban tidak sesederhana memulangkan mereka ke kampung halaman. Ada persoalan psikologis, sosial, hingga ekonomi yang harus dipulihkan agar korban tidak kembali terjerat.
" Sebab, akar masalahnya kerap bermula dari kesulitan ekonomi," imbuhnya.
Dalam momentum ini, Bupati Cianjur secara resmi mengukuhkan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO, yang memiliki tiga bidang utama: pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi. Gugus tugas ini akan menjadi ujung tombak pelaksanaan amanat yang tertuang dalam SK Bupati.
Acara peringatan ini menghadirkan empat narasumber:
Proveni dari Universitas Juanda, Bogor
Prof. Alvis, pakar hukum dan penegak hukum
dr. Yeni, yang membahas kesetaraan gender dan kaitannya dengan perdagangan orang
Sandra dari Yayasan Mentari USA, aktivis yang fokus pada isu TPPO
Selain seminar, diberikan pula penghargaan dalam tiga kategori:
1. Siap Suara dan Aksi – untuk perempuan pelopor yang menginspirasi di bidangnya
2. Duta Versi – untuk laki-laki yang aktif mendukung perjuangan hak-hak perempuan
3. Perempuan Pejuang Keluarga – diberikan kepada pedagang keliling lansia dan seorang perempuan penarik becak yang menjadi tulang punggung keluarga
Tanti menegaskan, masyarakat harus waspada terhadap iming-iming pekerjaan dari pihak tak bertanggung jawab. Modus pelaku kini kian beragam, tak hanya memanfaatkan tenaga kerja, tetapi juga memperdagangkan organ tubuh korban.
“Kami punya program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi untuk mengajarkan masyarakat cara mencegah trafficking. Sasaran utama pelaku adalah mereka yang sedang butuh pekerjaan. Jadi, jangan mudah tergoda tawaran kerja tanpa kejelasan,” pungkasnya.
(Indra)