Bosan Menunggu dari Zaman Hindia Belanda hingga Republik, Warga Bangun Bendungan Dengan Material Seadanya

suaracianjur.com
September 15, 2025 | 18:40 WIB Last Updated 2025-09-15T11:46:18Z
Foto: Dok. (Indra/SC) Bendungan sungai cibeet yang di bangun warga desa kubang dengan alat dan material seadanya.

SUARA CIANJUR | SUKARESMI - Dari jaman Pemerintahan Hindia Belanda hingga Pemerintahan Republik Indonesia. Warga Desa Kubang Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur berharap pemerintah membangunkan bendungan sungai cibeet, agar 30 hektar lahan pertanian dapat teraliri  secara merata, selain itu warga desa setempat menggantungkan kebutuhan airnya dari sungai tersebut.

Akses jalan memadai, jaringan listrik serta ketersediaan sarana air bersih merupakan kebutuhan dasar warga negara, warga menggantungkan hidup pada aliran sungai cibeet, namun hingga kini tidak pernah ada pembangunan bendungan secara permanen, seperti yang di idam- idamkan 2000 warga desa kubang.

Kepada awak media suara cianjur. Nurodin Ketua RW.08 di Kampung Neglasari, menyebutkan, ada sekitar 2.000 jiwa, dan lebih dari 30 hektar sawah di Kampung Baru, Neglasari, Cikaratok, Cicongkok, dan Babakan Pesantren, selama ini hanya mengandalkan bendungan darurat dari kayu dan batu. Yang dibangun warga dengan material seadanya.

" Namun bendungan itu rapuh, bisa hancur sampai 15 kali dalam dua bulan ketika banjir datang," ungkapnya Senin (15/9/2025).

" Permintaan kami cuma satu, bangunkan bendungan permanen, supaya kebutuhan air kami bisa terpenuhi, sudah sangat lama sekali, hingga dari generasi ke generasi kami menunggu, tapi sampai sekarang pemerintah belum pernah menyentuh permasalahan ini," ucapnya penuh kekecewaan.

Sambung Nurodin, bendungan yang kami bangun dengan alat dan material seadanya, setiap kali banjir datang, habis semuanya.

Hal senada disampaikan Herlan Ketua RW.09 di Kampung Cicongkok, menurutnya permasalahan air di desanya, bukan puluhan tahun, tapi sudah satu abad, dari Jaman Hindia Belanda hingga Republik masih begini- begini aja.

" 900 jiwa di RW.09 dan lebih dari 1.000 jiwa di RW.08 hanya memiliki satu sumber air, yakni sungai cibeet, air itu dipakai untuk minum, mandi, mencuci, ibadah, hingga mengairi sawah," urainya kepada awak media.

“ Bayangkan, lebih dari 100 tahun masalah ini tidak pernah terselesaikan," katanya dengan nada meninggi.
Foto: Dok. (Indra/SC) Warga sedang membangun bendungan dengan alat dan material seadanya.

Herlan menambahkan. Pemerintahan Desa setempat beserta Jajarannya mengetahui permasalahan ini, bahkan kades pernah turun meninjau ke lokasi, namun tidak ada tidak ada tindak lanjutnya.

Menurutnya jika permasalahan ini tidak secepatnya ditangani, 30 hektare lahan pertanian terancam, serta ribuan warga akan mengalami krisis air

" Saya minta anggaran ADD diprioritaskan untuk irigasi. Jangan biarkan warga terus berjuang sendiri dengan cara primitif,” tandasnya.

Warga menyindir pemerintah desa terkesan pasif, seharusnya mereka paling terdepan mengajukan bantuan, baik itu ke BWWS Provinsi, PSDAP Kabupaten, instansi mana saja yang harus didatangi, mereka lebih tahu dari kami.

Apakah suara kami kurang keras. Kami meminta Pemerintah Kabupaten Cianjur hingga Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera membangun Bendungan Cibeet Asri. 

" Jangan ada alasan lagi untuk menunda!," tandasnya.

“ Air adalah urat nadi kehidupan. Jika pemerintah terus menutup mata, maka yang terancam bukan hanya pertanian, tapi keberlangsungan hidup ribuan warga. Kami tidak butuh janji, kami butuh aksi nyata,” pungkasnya.

(Indra)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bosan Menunggu dari Zaman Hindia Belanda hingga Republik, Warga Bangun Bendungan Dengan Material Seadanya

Trending Now

Iklan